Tak Disangka, Perahu Tradisional Indonesia Jadi Sorotan Profesor dari Pennsylvania College of Technology dalam International Guest Lecture FT Untirta

Diposting pada

Cilegon, 28 April 2025 — Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) kembali menghadirkan perspektif global dalam forum ilmiahnya dengan mengadakan kuliah tamu internasional bertajuk “Characteristic Design of Traditional Boats in Indonesia”. Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Gedung Dekanat Lt. 2 ini menghadirkan Prof. Dr. Thomas Ask, pakar desain industri dari Pennsylvania College of Technology, Amerika Serikat, sebagai pembicara utama. Kuliah ini dimoderatori oleh Ir. Dedy Triawan Suprayogi, Ph.D., dosen Teknik Mesin yang juga memiliki rekam jejak penelitian di bidang desain dan material maritim.

Acara ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Teknik UNTIRTA, Prof. Dr. Jayanudin, ST., M.Eng., Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Eng. Ir. Bobby Kurniawan, ST., MT., IPU, dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Dr. Dwinanto, ST., MT.. Turut hadir pula para Ketua Jurusan dan puluhan mahasiswa yang antusias mengikuti jalannya diskusi.

Acara dibuka oleh Dekan Fakultas Teknik, Prof. Dr. Jayanudin, S.T., M.Eng., yang memperkenalkan berbagai program studi di Fakultas Teknik, mulai dari jenjang sarjana, pascasarjana, hingga Program Profesi Insinyur. Ia menyampaikan terima kasih atas kunjungan Prof. Ask, serta harapannya agar pertemuan ini menjadi awal dari kerja sama akademik dan riset antara UNTIRTA dan Pennsylvania College of Technology. Prof. Ask pun menambahkan bahwa ia akan berada di Indonesia selama dua bulan dalam rangka riset tentang kapal dan perahu tradisional, dengan fokus pada aspek psikologi pengguna, material, serta rekayasa konstruksi lokal.

Dalam pemaparannya, Prof. Ask menjelaskan alasan memilih Indonesia sebagai lokasi riset, yaitu karena kekayaan budaya maritimnya yang masih hidup dan berkembang. Ia mengangkat pertanyaan utama dalam penelitiannya: “Bagaimana kita menemukan keseimbangan antara teknik rekayasa modern dan pengetahuan tradisional?” Menurutnya, meskipun insinyur modern mengutamakan efisiensi, kekuatan, dan ketahanan jangka panjang, pengetahuan tradisional juga memiliki nilai tinggi—terutama karena ia terbukti bertahan lintas generasi. Salah satu poin utama adalah penggunaan kayu. Kayu dinilai sebagai material unik: berkelanjutan, mudah ditemukan, bisa diperbaiki sendiri, dan dipercaya masyarakat nelayan. Di Indonesia, tingkat keahlian dalam menggunakan kayu sangat tinggi; para tukang kapal memahami jenis kayu, kekuatan, usia pakai, hingga metode perawatan. Di tengah era baja dan serat karbon, nilai psikologis dan kepercayaan terhadap material lokal seperti kayu menjadi sangat penting, terutama bagi nelayan yang nyawanya bergantung pada kekuatan perahu.

Prof. Ask juga memaparkan teknik dasar pembuatan kapal tradisional, yaitu monocoque (struktur cangkang luar) dan dowel-planking (dengan kerangka seperti tulang rusuk). Ia menyampaikan bahwa secara teknis, penggunaan dowel mungkin menimbulkan konsentrasi stres dan kelelahan material, namun tetap digunakan karena alasan kultural dan ekonomi. Perawatan rutin dan biaya yang terjangkau membuatnya relevan hingga kini. Ia menekankan bahwa “perlawanan terhadap perubahan” adalah hal wajar dalam budaya mirip seperti masyarakat yang enggan mengganti ponsel atau metode tradisional. Pendekatan ilmiah berbasis uji coba tidak selalu bisa langsung diterima di ranah yang bersifat personal seperti perahu, karena kepercayaan dibangun melalui pengalaman, bukan hanya data.

Lebih lanjut, ia memaparkan riset bertema Green Water dengan pendekatan triangulasi untuk menganalisis desain kapal secara tematik, termasuk aspek fungsional seperti pengosongan area pelabuhan, desain palka, buritan, dan faktor ekonomi. Studi ini memperlihatkan bahwa rekayasa tidak hanya soal struktur dan kekuatan, tapi juga tentang bagaimana teknologi dapat beradaptasi dengan kebutuhan sosial dan budaya lokal.

Sesi diskusi berlangsung sangat dinamis, dengan antusiasme tinggi dari mahasiswa dan dosen yang mengajukan pertanyaan seputar teknik sambungan kayu, perbandingan material, dan daya tahan kapal. Kuliah tamu ini mempertegas bahwa desain kapal tradisional Indonesia bukan sekadar warisan budaya, tetapi juga sumber pengetahuan teknik yang layak dipelajari lebih lanjut. Fakultas Teknik UNTIRTA pun kembali menunjukkan komitmennya sebagai ruang akademik yang terbuka terhadap perspektif lintas disiplin dan global.