Cilegon – Dalam diskusi yang dilakukan di Kampus Untirta Serang ini Prof. Dr. –Ing. Asep Ridwan, S.T., M.T., IPM. Selaku Dekan Fakultas Teknik Untirta hadir sebagai Narasumber. Selain Dekan Fakultas Teknik, Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M. Si. Selaku Dekan Fisip Untirta, dan M. Arif Kardiat selaku Relawan Kampung Indonesia juga hadir sebagai Narasumber. Diskusi ini membahas tentang bagaimana pandangan penulis tentang normal baru pada masa pandemi sekarang.
Arif Kardiat selaku pembicara pertama mengatakan bahwa dari dua sampel yang dia ambil yaitu kampung di Ujung Kulon dan di Bayah yang mana daerah tersebut masih sangat terbelakang dari segi pembangunan, edukasi tentang apa itu Swab, Rapid Test dan apa itu Covid-19 masih sangat kurang padahal Ujung Kulon dan Bayah adalah daerah dengan resiko penularan yang cukup tinggi karena hampir 80 persen pemuda di daerah tersebut bekerja di wilayah Jabodetabek. Pada saat mereka harus pulang kampung karena tempat mereka bekerja tutup dan di PHK, tidak ada test Swab yang mereka terima saat sampai dikampung halaman. Sesampaikannya di kampung pun tidak ada kemampuan ataupun lahan yang bisa mereka manfaatkan untuk bekerja dikampung. Beliau juga menambahkan bahwa Hampir 75 persen lahan di perkampungan wilayah Banten Selatan sudah dimiliki oleh pengusaha yang berasal dari perkotaan. Menurutnya hal ini menjadi PR untuk kita bersama saat mereka kembali tidak ada yang bisa mereka kerjakan, infrastruktur yang buruk serta tingginya angka perceraian.
Arif berharap semoga kedepannya permasalahan- permasalahan seperti ini juga akan ikut di bahas dalam acara diskusi seperti ini sehingga mendapat mencari permasalahan bersama.
Prof. Dr. –Ing. Asep Ridwan, S.T., M.T., IPM. Selaku Dekan Fakultas Teknik Untirta mengatakan bahwa sebenarnya normal baru ini membuat industri 4.0 lebih cepat terwujud. Masyarakat jadi lebih mengandalkan internet untuk aktivitas mereka. Industri seperti industry tekstil, kimia, farmasi dan alat kesehatan, telekomunasi serta logistik punya kesempatan untuk berkembang.
Dekan FT Untirta juga berpendapat bahwa dari segi transportasi kebijakan yang di ambil membuat semua pihak dilema. Karena Keputusan maksimal 50% Penumpang yang diperbolehkan membuat pihak transportasi merugi dan jika ongkos dinaikan pihak masyarakat juga akan dirugikan.
Beliau juga menambahkan bahwa saat ini untuk mendukung era new normal Fakultas Teknik sedang mengembangkan 3D Printing dan juga Handsanitizer herbal yang diolah menggunakan sistem nano teknologi yang tinggal mengunggu proses uji klinis. Meskipun era new normal ini membuat industry 4.0 semakin berkembang, seperti dalam sektor pendidikan yang sekarang lebih mengarah ke daring dan kualitas hidup manusia untuk menerapkan hidup lebih bersih, tetapi tetap saja masih banyak pihak yang dirugikan.
Prof. Dr. H. Ahmad Sihabudin, M. Si. selaku Dekan Fisip Untirta mangatakan bahwa dalam menulis buku ini dia terinspirasi dari tulisan mahasiswa yang membahas tentang new media dalam lingkup demokrasi dan menghubungkannya dengan era new normal sekarang. Di dalam tulisannya yang ingin dia sampaikan bahwa dengan new media tidak menghambat komunikasi dalam pihak manapun meskipun di tengah serba keterbatasan. Beliau juga berpendapat bahwa meskipun pembelajaran dengan memanfaatkan daring dianggap tidak efektif, tetapi untuk mematuhi trotokol yang ditetapkan pemerintah tetap harus dilakukan. Kegiatan diskusi ini akan kembali diteruskan dengan menghadirkan Dahnil Anzar sebagai jubir Menteri Pertahanan RI pada pada kamis (11/09) mendatang.